Berlokasi di tengah-tengah Hutan Kelola Masyarakat disebelah utara desa
Kuro Tidur, Dusun IV DAM Air Lais yang menjadi gerbang pengantar menuju
pesonanya melalui jalur I Margapala yang diberi nama Jalur Kura-Kura Bintang.
Nama Jalur Kura-Kura Bintang
diambil dari nama fauna langka Kura-Kura Bintang yang ditemukan tim Eksplorer
KPA Margapala tahun 2015, yang oleh penduduk asli kura-kura ini dikenal dengan
sebutan Tinit. Menurut legenda Tik
Baes, Tinit ini berasal dari senjata para penjaga curug sembilan yang tertetes
air kehidupan putri selendang hijau.
Tik Akia merupakan target ekspedisi pertama KPA Margapala saat menetapkan
program eksplorer destinasi lokal Wisata Ringan Lereng Bukit Barisan yang
didukung penuh oleh kepala dusun IV desa Kuro Tidur saat itu, Bapak Budi
Kasnawi.
Namun sampai saat ini jalur Kura-Kura Bintang belum dibuka untuk umum
dikarenakan beberapa faktor teknis yang menjadi pertimbangan KPA Margapala dan
Induk Usaha Pokdarwis Wana Bhakti mengingat masukan penduduk penggarap yang
apabila dibuka sebagai wisata, dikhawatirkan akan mengganggu keberadaan
Kura-Kura Bintang.
Tokoh-tokoh setempat memperbolehkan pembukaan jalur wisata Kura-Kura
Bintang apabila KPA Margapala atau badan organisasi lain dapat menjamin
kelestarian sang Kura-Kura Bintang, yang mana syarat ini belum bisa disanggupi
oleh KPA Margapala mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki KPA
Margapala.
KPA Margapala juga sempat kaget karena ternyata Tik Akia memiliki tiga
batang aliran sungai. Kemudian ditetapkan Tik Akia Tengah sebagai spot utama
karena memiliki debit air yang cukup besar dan memiliki dukungan potensi
sebagai wisata alam yang lebih eksotis. Bukan berarti dua Tik Akia lainnya
tidak memiliki potensi, sebut saja Tik Tidin di Tik Akia pertama, atau Curug
Tik Akia Tiga yang menyerupai Kokoi.
Dan Spot-spot yang ada di TWA Tik Akia adalah...
Dan Spot-spot yang ada di TWA Tik Akia adalah...
Curug Tik Akia
Dengan ketinggian lebih kurang 23 M, curug Tik Akia menyuguhkan pemandangan
yang eksotik dan suasana yang dapat memberikan rasa rileks bagi para
pengunjungnya. Selain pemandangan yang alami tersebut, cadas yang mengitarinya
memberi kesan kita sedang berada di dalam sebuah benteng yang kokoh.
Bioa Nyelemen
Bioa nyelemen ini adalah spot air yang ditelan cadas dan entah dialirkan
kemana.
Kebun Kura-kura
Kebun Kura-Kura ini merupakan kebun pisang hutan yang menurut cerita
ditanam oleh kura-kura untuk sahabatnya Kera Kuning yang membantunya
bersembunyi saat pasukan penjaga Curug Sembilan mencari senjata mereka saat
menyerang bidadari dalam legenda Tik Baes.
Rawa Kura-Kura
Rawa Kura-Kura ini menurut warga adalah rumah bagi kura-kura, menggambarkan
hutan tropis yang ditumbuhi pepohonan dan akar-akar merambat yang sebagian
berduri, dan berbagai jenis anggrek hutan.
Rawa biasanya dipenuhi lumpur, namun tidak di rawa kura-kura ini, rawa ini
terhampar beralaskan bebatuan dengan air setinggi mata kaki hingga selutut
manusia dewasa. Menurut kepercayaan penduduk setempat, rawa ini bisa
menyesatkan pengunjung yang disukai mahluk halus penunggunya.
Masih menurut kepercayaan penduduk, mahluk halus penunggu rawa ini
memelihara anggrek dan tumbuhan indah lainnya. Apabila ada manusia yang
mengambilnya, berarti manusia itu juga menyukai peliharaan mereka, misalnya
anggrek, maka mahluk halus penunggu rawa tersebut akan menyukai manusia
tersebut dan berusaha agar manusia itu tetap tinggal dan memelihara anggrek
bersama mereka disana.
Namun apabila ada manusia yang merusak peliharaan mereka, maka mereka akan
marah dan berusaha melampiaskan kemarahan mereka dengan berbagai cara, mulai
dari mengagetkan, hingga menimpakan kayu mati, dan sebagainya.
Pulau Rafflesia
Pulau Rafflesia ini mungkin daratan yang terjadi karena pengalihan aliran
sungai Tik Akia sehingga membentuk daratan yang dikelilingi sungai seperti
delta kecil. Menurut Pak Harmen, salah satu penduduk desa Kuro Tidur yang juga
menjadi penggarap Hutan kelola Masyarakat (HKM) Kelompok Bukit Makmur, di delta
ini pernah ditemukan bunga Rafflesia. Namun, KPA Margapala belum pernah melihat
langsung ke daratan ini dikarenakan waktu yang sudah tidak memungkinkan untuk
melakukan eksplorasi.
KPA Margapala sempat membuat agenda eksplor lanjutan untuk menggali lebih
banyak potensi yang ada di Tik Akia, terutama Pulau Rafflesia dan Tik Akia
Tiga, namun hingga pertengahan tahun 2018 agenda tersebut belum dapat
dilaksanakan. Semoga dapat terlaksana dalam waktu dekat. Aamiin..
Demikianlah yang dapat KPA Margapala ceritakan untuk Wisata Alam Tik Akia...
Salam Margapala,
Menuju Alam Lestari..
Salam Margapala,
Menuju Alam Lestari..
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa Kepedulianyya